JERITAN HATI YANG TERPENDAM
“Kangen” itulah satu kata yang ingin ku sampaikan pada mereka
Namun, dibalik itu masih ada kata yang tersembunyi
“Sedih” itulah kata yang juga menyelimutiku
Entah mengapa dua kata itu tiba-tiba muncul dalam benakku
Dan seketika itu pula kuingat perjalanan panjang yang penuh ceria
Tapi tak sedikitpun aku ikut merasakannya
Aku seolah membisu dan tak bergeming sedikitpun
Yang membuatku merasakan sakit yang tersayat-sayat
Bukan karena aku tak berucap
Tapi aku seperti dianggap angin yang sekedar berhembus
Mengikuti arah hembusan itu
Dan menganga seperti mulut gua yang tak satupun orang berani memasukinya
Bahkan mataku sontak hanya melihat satu pohon tanpa daun dijajaran pohon berdaun lebat
Yang mengering dan layu
Ah, aku menggerutu dalam diam
Mungkin ini hanya halusinasiku
Namun, tiba-tiba air mataku menetes perlahan
Lalu cepat kuusap agar tidak ada yang melihat kerapuhanku
Aku sedikit tersadar ketika ada seorang teman menepuk bahuku
Sontak aku menjerit dan semua menoleh kepadaku
Tapi apa yang kudapat
Tak kudengar satupun dari mereka yang bartanya “kenapa”
lalu aku kembali menangis dalam diamku
“Sedih” itulah kata yang juga menyelimutiku
Entah mengapa dua kata itu tiba-tiba muncul dalam benakku
Dan seketika itu pula kuingat perjalanan panjang yang penuh ceria
Tapi tak sedikitpun aku ikut merasakannya
Aku seolah membisu dan tak bergeming sedikitpun
Yang membuatku merasakan sakit yang tersayat-sayat
Bukan karena aku tak berucap
Tapi aku seperti dianggap angin yang sekedar berhembus
Mengikuti arah hembusan itu
Dan menganga seperti mulut gua yang tak satupun orang berani memasukinya
Bahkan mataku sontak hanya melihat satu pohon tanpa daun dijajaran pohon berdaun lebat
Yang mengering dan layu
Ah, aku menggerutu dalam diam
Mungkin ini hanya halusinasiku
Namun, tiba-tiba air mataku menetes perlahan
Lalu cepat kuusap agar tidak ada yang melihat kerapuhanku
Aku sedikit tersadar ketika ada seorang teman menepuk bahuku
Sontak aku menjerit dan semua menoleh kepadaku
Tapi apa yang kudapat
Tak kudengar satupun dari mereka yang bartanya “kenapa”
lalu aku kembali menangis dalam diamku
kemudian memeluk cahaya yang tersisa dalam diriku